Hari ke-3 : Shop & Splurge
Hari ini kami akan pindah ke hotel Muangphol Mansion di daerah Siam. Bukan karena saya shock lihat bule telanjang berkeliaran... bukan... tapi memang dari awal kami cuma book 2 malam di Link Corner dan sudah pesan kamar di Muangphol Mansion untuk 3 malam sisanya supaya bisa lebih dekat dengan area downtown-nya Bangkok.
Sekitar pukul 9 kami sudah check out dan menitipkan koper di resepsionis hostel supaya kami bisa mampir dulu ke satu mall yang letaknya nggak jauh dari sana: Platinum Fashion Mall.
Mencapai Platinum dari Link Corner nggak susah, apalagi dengan panduan google map di tangan :) Begitu keluar hostel, ambil jalan yang ke kanan (ke arah stasiun Ratchaprarop) lalu terus saja jalan lurus sekitar 600 meter sampai ketemu perempatan besar dan belok kanan. Jalan lurus lagi sekitar 200 meter dan mall-nya akan kelihatan di sebelah kiri jalan.
Platinum Fashion Mall ini kalau di Jakarta sebenarnya lebih mirip ITC, cuma yang dijual khusus produk fashion berupa pakaian dan segala rupa aksesorisnya. Selain itu, tempatnya lebih terang, lorong-lorongnya lebih lapang, dan secara keseluruhan terkesan lebih rapih dari ITC di Jakarta. Dengar-dengar, di sinilah orang-orang Indonesia suka belanja kulakan untuk dijual lagi di butik-butik maupun online shop. Dan memang waktu di sana, saya beberapa kali berpapasan dengan orang Indo yang belanja sambil menggeret-geret koper besar :) Kalau kami berdua sih cuma belanja santai saja. Kalau lihat benda yang pas di hati dan di kantung ya dibeli.
Barang-barang di sini kebanyakan sudah harga pas, nggak bisa ditawar. Kecuali kalau kita beli minimal 3, maka kita akan mendapat wholesale price alias harga grosir. Kadang-kadang beda harga satuan dan grosirnya bisa lumayan jauh. Seperti sebuah kaus lucu yang saya beli, kalau beli satu, harganya 250 Baht, tapi kalau beli 3 harganya jadi 150 Baht/ piece. Lumayan, 'kan? Jadi atas nama hukum ekonomi dan prinsip nggak mau rugi, langsunglah kami bungkus 3 potong...
Pokoknya shopaholics yang suka berburu barang-barang murah tapi oke pasti senang banget di sini. Harganya relatif murah, pilihan modelnya beragam, mall-nya pun nyaman. Kalau nggak ingat ini baru awal hari ke-3 dan saya masih perlu menyimpan uang untuk hari-hari berikutnya, bisa-bisa saya juga menggila di sana. Satu-satunya kekurangan dari belanja di sini adalah rata-rata bajunya nggak boleh dicoba, jadi make sure you know your size before you come!
Setelah puas menjelajahi semua lantai mall ini dan makan siang di food court-nya, kami kembali ke hostel untuk mengambil koper dan langsung cabut ke Muangpol Mansion dengan taksi.
Muangphol Mansion. Kata pertama yang terlintas di benak saya ketika melihat gedung hotel ini adalah, "TUA". Dan setelah masuk ke dalam, kesan tua dan usang itu semakin kuat. Lorong & lift-nya berbau lembab. Colokan listrik di kamar nggak bisa berfungsi kalau lampu nggak dinyalakan semua (??). Keran shower pun harus dinyalakan lamaa sekali (lebih dari 15 menit!) sampai air panasnya keluar, and that's if you're lucky. Tapi, namanya juga hotel murah, cuma 330 rb-an per malam di Agoda, what can you expect? Yang terpenting - dan menjadi pertimbangan utama saya saat memilih hotel ini - adalah: lokasinya mantap. Nggak sampai 5 menit jalan kaki ke stasiun National Stadium, 5 menit dari MBK, dan cuma 10 menit jalan kaki ke Stasiun Siam dan semua mall di sekitarnya. You can't ask for a better location.
Jadi, setelah menaruh koper di hotel, kami langsung menyeberang ke MBK Center.
MBK Center ini katanya juga salah satu mall favorit orang Indonesia, tapi terus terang, waktu di sana saya nggak begitu terkesan. Sejauh mata memandang, isinya ya begitu-begitu saja; baju, sepatu, tas, aneka rupa oleh-oleh khas Thailand, more bags, more shoes... and so on... Di sana saya cuma mampir beli tas untuk oleh-oleh di Naraya lalu nemenin Echa beli koper di Tokyu Department Store. Oh iya, sempat beli sepatu flats lucu juga di lantai dasar. Hehe. Memang namanya cewek, biar katanya nggak minat, tetap saja keluar bawa tentengan...
Waktu lihat-lihat di lantai 2, nggak sengaja kami melihat nail salon bernama Red Nails. Tempatnya penuh dengan bule-bule yang sedang dimeni-pedi. Tergoda untuk memanjakan diri sedikit, kami memutuskan untuk masuk dan mencoba paket manicure-pedicure mereka. And I ended up regretting my decision.. Mungkin karena tempatnya ramai, jadi mereka kerjanya seperti asal cepat selesai. Mbak-mbak yang mengerjakan kuku saya nggak rapi memoleskan kuteksnya. Saya nggak tahu apa saya saja yang sial dapat mbak-mbak yang kerjanya asal begitu atau memang semua stafnya seperti itu. Padahal harga paket meni-pedi mereka nggak murah; 700 Baht alias hampir Rp. 250 ribu. Mending meni pedi di salon di Jakarta, deh :(
Habis meni-pedi, kami kembali ke hotel untuk menaruh barang-barang dan membetulkan make-up yang sudah luntur oleh keringat. Ya, kami harus dandan cantik karena malam ini kami mau ke salah satu sky bar yang paling happening di Bangkok: Sirocco!
Tapi sebelum itu, ada satu tempat yang mau kami kunjungi lebih dulu, yaitu Asiatique the Riverfront.
Untuk mencapai Asiatique, kami naik BTS dari Stasiun National Stadium sampai Stasiun Saphan Taksin lalu jalan sedikit ke Sathorn Pier untuk naik shuttle boat gratis yang datang setiap 10-15 menit sekali. Waktu kami sampai di Sathorn Pier sore itu, antrian penumpang yang hendak naik shuttle boat Asiatique sudah mengular panjang. Kami harus menunggu setengah jam sebelum bisa naik.
Just our luck, tepat ketika kami menginjakkan kaki di dalam kapal, hujan mulai turun. Dan semakin lama hujannya semakin deras, bahkan disertai angin kencang.
Dan waktu kami menjejakkan kaki di area Asiatique, yang tersisa tinggal hujan rintik-rintik.
Konon Asiatique ini konsepnya adalah semacam night market / night bazaar. Tapi sepertinya kebanyakan orang ke sini lebih untuk jalan-jalan dan foto-foto daripada belanja. Mungkin karena harga barang-barangnya sedikit lebih mahal dari pasar malam kebanyakan. Begitu juga dengan harga makanannya yang rata-rata di atas 100 Baht. Tapi saya rasa harga yang relatif lebih mahal itu sepadan dengan tempatnya yang bagus & nyaman. Cocoklah untuk turis yang cuma ingin menikmati sore di tepi Sungai Chao Phraya sambil cuci-cuci mata seperti kami. Oh iya, di sini ada pertunjukkan Calypso Cabaret juga, but we chose to skip on this one karena merasa lebih baik duitnya dipakai buat belanja daripada buat melihat banci menari-nari :P
Setelah makan malam dan keliling-keliling, kami kembali ke Sathorn Pier dengan shuttle boat yang sama.
Just our luck, tepat ketika kami menginjakkan kaki di dalam kapal, hujan mulai turun. Dan semakin lama hujannya semakin deras, bahkan disertai angin kencang.
Awan gelap menggelayuti langit |
Tapi untungnya, ketika shuttle boat kami mendekati Asiatique 15 menit kemudian, hujan sudah mulai reda.
Hello, Asiatique! |
Konon Asiatique ini konsepnya adalah semacam night market / night bazaar. Tapi sepertinya kebanyakan orang ke sini lebih untuk jalan-jalan dan foto-foto daripada belanja. Mungkin karena harga barang-barangnya sedikit lebih mahal dari pasar malam kebanyakan. Begitu juga dengan harga makanannya yang rata-rata di atas 100 Baht. Tapi saya rasa harga yang relatif lebih mahal itu sepadan dengan tempatnya yang bagus & nyaman. Cocoklah untuk turis yang cuma ingin menikmati sore di tepi Sungai Chao Phraya sambil cuci-cuci mata seperti kami. Oh iya, di sini ada pertunjukkan Calypso Cabaret juga, but we chose to skip on this one karena merasa lebih baik duitnya dipakai buat belanja daripada buat melihat banci menari-nari :P
Dari Sathorn Pier, kami lanjut berjalan kaki ke Sirocco Sky Bar yang terletak di Lebua State Hotel dengan panduan google maps. Perjalanan ke sana nggak terlalu lama, mungkin sekitar 10-15 menit.
Setibanya di Lebua State Hotel, kami naik lift yang membawa kami ke lantai 63 dan begitu keluar langsung di-usher oleh staff ke arah kanan, tempat di mana Sirocco, roof top bar paling happening di Bangkok berada.
Pemandangan di tempat ini, harus diakui, memang breathtaking. Tapi ramainya, minta ampun, terutama di area barnya... jangankan untuk bersantai-santai menikmati pemandangan, untuk bergerak saja susah. Sempat terpikir oleh saya untuk pulang saja, karena saya paling nggak suka berdesak-desakan , tapi karena sayang sudah jauh-jauh sampai sana, akhirnya kami menjejalkan diri di tengah kerumunan orang untuk mendekati bar dan memesan minuman.
Sebelah kiri minuman yang saya pesan, signature drink-nya Sirocco, Hangovertini. Harga: dengan tax sekitar 650 Baht, which is quite expensive for my standard (>.<). Rasa: Meh! Aneh, saya nggak begitu suka, agak pahit-pahit gimanaa gitu. Saya lebih suka minumannya Echa yang namanya saya lupa... something with apple, I guess...
Kesimpulan: pada dasarnya yang ditawarkan tempat ini memang view-nya. Jadi kalau Anda sekedar ingin eksis dan menambahkan "Sirocco Sky Bar" pada daftar check-in Path / Facebook Anda atau mau melihat pemandangan malam kota Bangkok dan sungai Chao Phraya yang indah di malam hari, this is the place. Tapi sabar-sabar saja antre dan sikut-sikutan untuk mendapat tempat berdiri di pinggir demi menikmati view tersebut.
Malam sist mau nanya masuk ke sirocco sky bar nya bayar ga? Kalau buat foto2 aja boleh ga ya?
ReplyDeletejadi kalau tidak memesan makanan atau minuman boleh kak?
ReplyDelete