Ceritanya berawal dari pertengahan bulan April tahun ini ketika "tanpa sengaja" saya melihat promo tiket murah Mandala Tigerair ke Bangkok. Iseng-iseng coba memasukkan tanggal di website-nya, saya malah menemukan tiket PP super murah seharga 1 jt rupiah saja berikut bagasi! Karena takut tiketnya keburu habis terjual kalau pakai ngajak-ngajak teman dulu seperti yang sudah-sudah, langsung saja saya dengan impulsif melanjutkan proses pembayaran, dan tak lama kemudian, ticket comfirmed!
Yak, saya akan nekad berpetualang sendirian ke luar negeri untuk pertama kalinya!
...
Tadinya sih, begitu pikir saya.
Tapi untungnya, Echa, teman saya yang tinggal di Jepang, menunjukkan minat untuk ikut ke Bangkok. Maka sepakatlah kami untuk bertemu dan berlibur bareng di Bangkok pada bulan Agustus! Tapi ada satu masalah, rupanya teman saya ini membeli tiket untuk keberangkatan tanggal 24 Agustus, yang berarti 2 hari lebih awal dari rencana saya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan untuk ikut memajukan hari keberangkatan dan membeli tiket one way yang baru seharga 800 ribu-an berikut bagasi. Saya pikir tambah mahal sedikit nggak apa-apalah, toh sudah bertahun-tahun saya nggak jalan-jalan bareng sama teman saya yang satu ini. Dan pastinya, saya merasa lebih tenang jalan berdua daripada muter-muter nggak jelas sendirian di negara asing yang bahasanya pun saya nggak paham.
Untuk budget perjalanan 6 hari 5 malam kali ini, saya menyiapkan THB 10.000 atau Rp 3.350.000 dengan kurs yang saya dapat saat itu, di luar biaya tiket pesawat dan akomodasi. Untuk mengetahui rute dan estimasi biaya transportasi (MRT, BTS dan ARL) selama di Bangkok, saya memakai app "Bangkok Transport". Sementara untuk referensi itinerary dan informasi-informasi lain seputar Bangkok, saya berpedoman pada tripadvisor dan blog para pelancong yang berserakan di internet, terutama blog Jejak Kaki yang informasinya super lengkap dan berguna untuk contekan :)
Tapi untungnya, Echa, teman saya yang tinggal di Jepang, menunjukkan minat untuk ikut ke Bangkok. Maka sepakatlah kami untuk bertemu dan berlibur bareng di Bangkok pada bulan Agustus! Tapi ada satu masalah, rupanya teman saya ini membeli tiket untuk keberangkatan tanggal 24 Agustus, yang berarti 2 hari lebih awal dari rencana saya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan untuk ikut memajukan hari keberangkatan dan membeli tiket one way yang baru seharga 800 ribu-an berikut bagasi. Saya pikir tambah mahal sedikit nggak apa-apalah, toh sudah bertahun-tahun saya nggak jalan-jalan bareng sama teman saya yang satu ini. Dan pastinya, saya merasa lebih tenang jalan berdua daripada muter-muter nggak jelas sendirian di negara asing yang bahasanya pun saya nggak paham.
Untuk budget perjalanan 6 hari 5 malam kali ini, saya menyiapkan THB 10.000 atau Rp 3.350.000 dengan kurs yang saya dapat saat itu, di luar biaya tiket pesawat dan akomodasi. Untuk mengetahui rute dan estimasi biaya transportasi (MRT, BTS dan ARL) selama di Bangkok, saya memakai app "Bangkok Transport". Sementara untuk referensi itinerary dan informasi-informasi lain seputar Bangkok, saya berpedoman pada tripadvisor dan blog para pelancong yang berserakan di internet, terutama blog Jejak Kaki yang informasinya super lengkap dan berguna untuk contekan :)
Dan setelah berbulan-bulan merencanakan dan menunggu dengan tak sabar, akhirnya hari yang dinantikan pun tiba!
Hari Pertama : Arrival
Hari Sabtu, 24 Agustus 2013, pesawat Mandala RI 902 tujuan Bangkok yang dijadwalkan berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pukul 15:40 akhirnya baru take off sekitar 1 jam kemudian... ya sudahlah, no comment, sudah biasa... Di dalam pesawat, mau pesan makan, eh ternyata menu nasinya sudah habis semua waktu cabin crew-nya sampai di row saya. Terpaksa deh saya pesan pop mie saja untuk mengganjal perut sambil membuat catatan mental, "lain kali kalau naik budget airline jangan lupa pre-book makanan dulu."
Setelah duduk anteng di dalam pesawat selama sekitar 3 jam, entah bagaimana caranya, walau take off molor 1 jam, kami tiba di Bandara Suvarnabhumi tepat waktu sesuai jadwal pukul 19:45, teng! Bukan sulap bukan sihir... -_-;
Turun dari pesawat, urus imigrasi, ambil bagasi, keluar langsung mampir beli Happy Tourist SIM card dulu di booth DTAC seharga 299 bath untuk unlimited internet selama 7 hari. Lalu bertemulah saya dengan Echa yang sudah sampai duluan di Suvarnabhumi dan sabar menunggu sekian jam untuk pergi ke hostel sama-sama.
Dari bandara, kami naik city line Airport Rail Link (ARL) ke stasiun Ratchaprarop yang paling dekat dengan Link Corner Hostel tempat kami akan menginap. Waktu keluar dari stasiun Ratchaprarop, dengan bodohnya kami sempat nyasar dan salah belok saat mencari hostel, padahal sebenarnya tempatnya sangat mudah ditemukan; begitu keluar stasiun, langsung saja jalan ke arah kiri lalu jalan lurus sekitar 50 m, hostelnya ada persis di pojokan jalan sebelah kiri.
Sampai di hostel, kami taruh barang-barang sebentar (karena di hostel ini nggak ada lift, saya titip koper di luggage room sebelum naik ke kamar di lantai 3), lalu pergi cari makan malam di sekitar sana. Setelah makan, kami mampir ke 7-eleven untuk beli air dan roti untuk sarapan sebelum kembali ke kamar untuk beristirahat, mempersiapkan diri untuk petualangan kami yang akan dimulai di hari berikutnya!
Hari kedua: MARKET DAY
Jam 6 kurang, sebelum alarm hape berbunyi, mata saya sudah terbuka. Nggak mau membuang-buang waktu, saya memutuskan untuk segera mandi dan bersiap-siap. Waktu membuka pintu untuk pergi ke kamar mandi yang terletak tepat di depan kamar kami, mata saya yang tadinya baru terbuka setengah langsung terbelalak lebar demi melihat cowok bule tinggi besar yang cuma pakai celana dalam berjalan mondar-mandir di depan kamar mandi. Masuk ke kamar mandi, eh ada satu lagi mas-mas bule keluyuran cuma pake handuk... Barulah saya ngeh, rupanya di sini kamar mandi dan toiletnya campur cewek-cowok :O Agak culture shock, soalnya di hostel terakhir yang saya inapi di Singapura, kamar mandinya terpisah... tapi supaya nggak kelihatan norak, saya berlagak cool dan langsung ngeloyor ke dalam shower room sambil berusaha nggak melirik-lirik si bule ... (>.<)
Sekitar jam 8 lewat, kami sudah keluar dari hostel. Pagi itu, alih-alih berangkat naik ARL dari stasiun Ratchaprarop, kami memutuskan untuk berjalan kaki sejauh 1 stasiun ke Phaya Thai supaya bisa langsung naik BTS ke stasiun Mo Chit untuk mencapai destinasi pertama kami di Bangkok: Chatuchak Weekend Market!
Sampai di Stasiun Mo Chit, nggak perlu repot-repot melihat google map untuk menemukan lokasi Pasar Chatuchak, kami cukup mengikuti arah kerumunan orang saja. Belum sampai ke pasar, di pinggir jalan saja sudah banyak pedagang yang berjualan macam-macam, suasananya persis seperti di Jakarta.
Saya sempat mampir membeli mango sticky rice seharga 50 baht di salah satu penjaja makanan jalanan. Mangga yang manis + ketan yang legit + santan yang gurih = Yum!!
Nggak jauh dari sana, kami menemukan pintu masuk ke pasar. Dan penjelajahan kami di pasar akhir pekan terbesar di dunia itu pun dimulai!!
Barang yang dijual di Chatuchak ini benar-benar beragam. Kayaknya kita bisa menemukan barang apapun di sini, asal kita mau -dan sanggup- mencarinya. Dari hiasan perunggu sampai bumbu dapur. Dari sutra thailand sampai bikini, pokoknya lengkap deh.
Toko-toko di sini dikelompokkan ke dalam section-section berdasarkan jenis barang dagangannya, dan pengelola juga menyediakan peta gratis untuk memudahkan pengunjung menavigasi pasar yang luar biasa luas ini. Sayang kemarin kami nggak menemukan tempat yang membagikan peta sehingga terpaksa cuma mengandalkan insting, alias asal saja belok kiri-kanan dan masuk ke toko yang menarik hati. Sambil menelusuri pasar ini, saya sempat memperhatikan sekeliling dan menyadari kalau pengunjung pasar ini pun sama variatifnya dengan jenis barang yang dijual. Sepanjang jalan saya bisa mendengar Bahasa Jepang, Bahasa Korea, China, Indonesia, Inggris, dan segala rupa bahasa lain. Melihat bagaimana pemerintah Bangkok bisa membuat pasar seperti ini jadi destinasi turis dunia, saya jadi iri dan berandai-andai kalau pasar-pasar di Jakarta suatu saat juga bisa jadi seperti itu...
Cukup lama berkeliling tanpa tujuan di dalam pasar, saya mulai kelelahan. Walau awalnya datang dengan semangat penuh untuk belanja, ketika sampai di sana dan mengalami sendiri betapa luas, ramai, dan penuh sesaknya tempat ini, nafsu belanja saya pelan-pelan menguap bersama panasnya hawa di dalam pasar. Akhirnya saya cuma beli beberapa helai scarf thai silk seharga 100 Baht dan dompet kain khas Thailand seharga 200 Baht untuk oleh-oleh. Tepat ketika kami mulai bingung mau ngapain lagi, datang telepon dari P-chan, teman Echa yang orang Bangkok dan memang sudah janji mau menemani kami jalan-jalan hari itu. Rupanya dia sudah sampai di Chatuchak. Supaya gampang, kami janjian ketemu di monumen yang ada di tengah pasar.
Di dekat monumen ini, saya menemukan penjual es krim kelapa. Es krim yang disajikan langsung di dalam batok kelapa ini harganya 40 Baht. Rasanya biasa aja sih, tapi lumayan buat sedikit menurunkan suhu tubuh di tengah gerahnya udara siang itu.
Nggak lama, tibalah P-chan bersama satu orang temannya lagi, K-chan. Karena kami sudah capek keliling di pasar dan perut mulai keroncongan, mereka langsung mengajak kami pergi makan siang ke Or Tor Kor Market yang terletak tak jauh dari sana
Rencananya, setelah makan siang, kami mau mengunjungi Amphawa Floating Market yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari Bangkok . Tapi, rencana tinggal rencana. Waktu mau beli tiket mini van dari Victory Monument sekitar pukul 13:30, petugas loket menginformasikan kalau van berikutnya baru akan berangkat pukul 3 siang. Seandainya cuma saya dan Echa, mungkin kami bakal nekad menunggu sampai jam 3. Biar deh, kalau nantinya harus pulang malam ke Bangkok, ya pulang malam. Tapi karena nggak enak sama 2 teman Bangkok kami kalau mereka pulang terlalu larut padahal besoknya harus ngantor, kami pun mengurungkan niat pergi ke sana. Sebagai gantinya - karena saya tetep penasaran pingin lihat yang namanya pasar terapung - P-chan dan K-chan mengajak kami pergi ke sebuah floating market yang baru dibuka sekitar pertengahan tahun lalu dan letaknya lebih dekat dengan pusat kota Bangkok. Namanya Kwan Riam Floating Market.
Untuk mencapai floating market ini, pertama kami naik BTS dr Stasiun Victory Monument ke Stasiun National Stadium. Keluar dari stasiun, P-chan dan K-chan membawa kami berjalan kaki menerobos hujan lebat yang mendadak turun ke sebuah kanal berair hitam pekat dan berbau cukup menyengat di dekat sana. K-chan kemudian menjelaskan bahwa kanal ini bernama Khlong (kanal) Saen Saep yang dikenal sebagai kanal dengan polusi terparah di seantero Bangkok, dan dari sinilah kami akan menaiki Khlong Saen Saep boat service untuk mencapai distrik Min Buri, di mana Kwan Riem Floating Market berada. Kenapa naik kapal ini? Karena menurut kedua teman lokal kami, naik kapal menyusuri kanal ini adalah alternatif transportasi yang lebih cepat dan murah dibanding naik taksi di tengah kemacetan akhir pekan kota Bangkok yang lumayan parah(tapi menurut pengamatan saya tetap nggak ada apa-apanya dibandingkan gilanya macet di Jakarta)
Setelah melalui kurang lebih 30 menit perjalanan yang seru & penuh guncangan di tengah guyuran hujan deras (it kinda felt like a ride in the amusement park!) tibalah kami di perhentian terakhir, Wat Sriboonreung. Dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke floating market dengan taksi.
Sampai di pelataran parkir Kwan Riam Floating market kira-kira 15 menit kemudian, kami disambut oleh jasa transportasi gratis yang siap mengantar pengunjung masuk ke area pasar.
Dan seperti inilah penampakan Kwan Riam Floating Market-nya sendiri:
Walaupun terlihat sekali kalau Kwan Riam ini memang dibangun untuk tujuan wisata dan nggak otentik seperti pasar Amphawa yang tadinya mau saya lihat, tapi lumayanlah untuk memenuhi rasa penasaran sama yang namanya floating market. Di sini sebenarnya kita juga bisa naik perahu menyusuri kanal atau makan di atas "restoran perahu". Tapi karena sudahmabok cukup puas naik kapal di perjalanan ke sana, kami memutuskan untuk menetap di darat dan mencicipi penganan khas Thailand yang juga banyak dijual di stand penjaja makanan di tepi kanal.
Konon, pasar Or Kor Tor ini adalah salah satu pasar segar terbaik di dunia. Sayur mayur, buah, dan daging yang dijual di sini dikenal sebagai produk pilihan dengan kualitas terbaik di seantero Thailand. Tapi, karena nggak berniat belanja sayur di sana, kami langsung menuju area food court-nya untuk mengisi perut.
My very first Pad Thai! Cost only 40 THB and tasted pretty good. |
Echa pesen semacem mie bakso gitu, kalau nggak salah, kata P-chan namanya "Guay Tiew Look Chin Nua" alias beef ball noodle. Rasanya enak banget. Jadi nyesel nggak pesen itu aja (>.<) |
Untuk mencapai floating market ini, pertama kami naik BTS dr Stasiun Victory Monument ke Stasiun National Stadium. Keluar dari stasiun, P-chan dan K-chan membawa kami berjalan kaki menerobos hujan lebat yang mendadak turun ke sebuah kanal berair hitam pekat dan berbau cukup menyengat di dekat sana. K-chan kemudian menjelaskan bahwa kanal ini bernama Khlong (kanal) Saen Saep yang dikenal sebagai kanal dengan polusi terparah di seantero Bangkok, dan dari sinilah kami akan menaiki Khlong Saen Saep boat service untuk mencapai distrik Min Buri, di mana Kwan Riem Floating Market berada. Kenapa naik kapal ini? Karena menurut kedua teman lokal kami, naik kapal menyusuri kanal ini adalah alternatif transportasi yang lebih cepat dan murah dibanding naik taksi di tengah kemacetan akhir pekan kota Bangkok yang lumayan parah
"Kenek" yang menarik ongkos dari penumpang dengan berjalan meniti tepian luar kapal. Hebat. Padahal kapalnya terombang-ambing di tengah hujan deras, lho! |
Ongkos naik yang kami bayar: 20 Baht / orang |
Bagian dalam kapal. Sisi kiri dan kanan ditutupi terpal untuk melindungi penumpang dari cipratan air hujan dan air kanal yang sangat kotor. |
Sampai di pelataran parkir Kwan Riam Floating market kira-kira 15 menit kemudian, kami disambut oleh jasa transportasi gratis yang siap mengantar pengunjung masuk ke area pasar.
Dan seperti inilah penampakan Kwan Riam Floating Market-nya sendiri:
Walaupun terlihat sekali kalau Kwan Riam ini memang dibangun untuk tujuan wisata dan nggak otentik seperti pasar Amphawa yang tadinya mau saya lihat, tapi lumayanlah untuk memenuhi rasa penasaran sama yang namanya floating market. Di sini sebenarnya kita juga bisa naik perahu menyusuri kanal atau makan di atas "restoran perahu". Tapi karena sudah
Puas melihat-lihat Kwan Riam, kami beralih ke tujuan selanjutnya: Terminal 21, yaitu sebuah mall modern di daerah Sukhumvit. Untuk kembali ke pusat kota Bangkok, kali ini kami memilih naik taksi sampai stasiun ARL terdekat (lupa stasiun apa >.<) lalu disambung city line ke stasiun Makasan. Dari Stasiun Makasan, sebenarnya cara paling mudah untuk mencapai Terminal 21 adalah ganti naik MRT ke stasiun Sukhumvit, tapi sore itu, atas nama pembakaran lemak (sesuatu yang kami butuhkan setelah sesi cemal-cemil di Kwan Riam) dan penghematan, kami sepakat untuk jalan kaki saja. Dan ternyata jalan kaki juga nggak jauh kok, kalau jalan pelan-pelan paling sekitar 10-15 menit.
Sebelum pergi ke Bangkok, saya sudah banyak membaca dan mendengar tentang Terminal 21. Katanya mall ini punya konsep unik di mana interiornya dibuat seperti bandara dan tiap lantai dirancang dengan tema negara yang berbeda-beda. Makanya saya sedikit penasaran. Tapi, waktu datang dan melihat sendiri, terus terang kesan saya adalah, "Biasa aja". Iya, konsepnya memang unik, tapi kalau Anda tinggal di Jakarta dan setiap weekend kerjanya main di mall lagi, mall lagi, there's really nothing much to amaze you...
Kalau ada yang membuat saya benar-benar takjub dari Terminal 21 adalah food court Pier 21 yang terletak di lantai paling atas mall ini. Kenapa takjub? Karena harganya yang luar biasa murah. 6 hari di Bangkok, nggak sekali pun saya bisa menemukan tempat yang menjual makanan dengan harga semurah food court ini, bahkan di pinggir jalan sekalipun.
Sejenis mie beras dengan crispy pork. Harganya cuma 25 Baht (nggak sampai 10 ribu perak)!!! |
Selesai makan malam, selesai pula hari kami yang padat dan menyenangkan di kota Bangkok bersama P-chan dan K-chan!! Khob khun ka~, P-chan & K-chan ^^
Setelah berpisah dengan mereka, saya dan Echa pulang ke Hostel dengan BTS dari Stasiun Asok yang terkoneksi dengan Mall Terminal 21.
Saatnya beristirahat dan mengisi ulang tenaga untuk kembali menjelajahi Bangkok keesokan harinya!
kangen makan2annya. termasuk murah
ReplyDelete