Sebenarnya, setelah perjalanan ke Jepang akhir Juni - awal Juli lalu, saya bertekad untuk tidak pergi ke mana-mana lagi sisa tahun ini. Ya, sehemat-hematnya mengatur budget, perjalanan ke negeri sakura selama 9 hari itu memang cukup menguras tabungan. Jadi demi kesehatan finansial dan tekad menabung untuk ultimate goal saya; Euro trip, saya berencana untuk anteng saja di Jakarta sampai tahun depan.
Namun, rencana tinggal rencana…
Ketika teman saya Echa mendadak mengajak liburan ke Bali, mulut saya dengan cepat mengatakan “Ayo!” sebelum otak sempat mengirimkan sinyal berhenti. I just couldn’t help myself. Godaan untuk keluar dari sesaknya keseharian di kota Jakarta terlalu kuat untuk dilawan.
Nah, kebetulan, sebelum ada ajakan dari Echa, saya dan teman-teman di sini sudah sempat membicarakan soal liburan bareng ke pulau di sebelah tenggara Bali, Nusa Lembongan. Saya pikir, daripada berangkat 2 kali ke Bali, lebih baik 2 trip itu digabung saja sekalian. Jadi, saya usul ke Echa untuk memasukkan 1 malam di Nusa Lembongan ke dalam itinerary kami. Setelah Echa setuju, saya coba menyinggung rencana perjalanan ini ke teman-teman di sini. Dan gayung bersambut, Lidya dan Negis tertarik. Jadi, diputuskanlah untuk pergi berempat ke Pulau Dewata!
Perjalanan kami pada 13 Oktober lalu berawal dengan penerbangan Airasia pukul 08:45 pagi yang - tumben-tumbenan- berangkat 100% tepat waktu dari Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan selama 1 jam 40 menit berjalan mulus, nyaris tanpa kejadian istimewa, kecuali ketika tiba-tiba, out of nowhere, muncul dua orang pria (sepertinya crew airasia yang sedang off duty) yang mulai menyanyi dengan iringan gitar di bagian depan kabin layaknya pengamen di bus kota. Oke, mungkin ini maksudnya sejenis in flight entertainment. Niatnya patut dihargai, tapi lain kali mungkin mereka bisa menampilkan someone who can actually sing... just a suggestion :D
Anyway, akhirnya kami tiba di bandara Ngurah Rai, Bali!
Sempat pangling saya waktu menjejakkan kaki ke area kedatangannya. Yang masih melekat di ingatan saya adalah bandara tua nan usang seperti yang terakhir kali saya lihat tahun 2009. Tapi ternyata setelah proses renovasi dan reopening awal tahun ini, Bandara Ngurah Rai sekarang jadi jauh lebih keren, layak disebut bandara internasional. Good job Angkasa Pura! Jadi iri. Kapan ya giliran Jakarta…
Oke, dari Ngurah Rai, kami meluncur ke tempat penyeberangan di Sanur. Perjalanan melalui tol Mandara tidak memakan waktu lama, kurang lebih 30 menit kami sudah tiba di pantai Sanur yang dipenuhi kantor-kantor penyedia jasa penyeberangan ke Nusa Lembongan. Berdasarkan hasil online research sebelumnya, kami langsung mengarah ke kantor Sugriwa Express. Di sana kami dapat harga Rp 75 ribu sekali jalan untuk fastboat ke Nusa Lembongan. Itu harga "lokal indonesia". Kalau "lokal bali", harganya lebih murah : Rp 50 ribu. Sedangkan turis bule harganya berlipat-lipat, kalau tidak salah sekitar 550 rb pp (!) Yep, that's Bali!
Fastboat Sugriwa Express |
Sesuai Jadwal, fastboat kami meninggalkan Sanur pukul 13:30. Oh iya sebelum naik kapal, semua penumpang diminta melepas alas kaki untuk dikumpulkan dalam satu keranjang. Mungkin supaya kebersihan di dalam kabin tetap terjaga. Selain itu, semua koper / tas besar juga dikumpulkan dan diangkut staff sampai ke dalam kapal. Jadi tidak perlu takut ribet kalau bawa koper yang agak besar sekalipun.
Foto di atas diambil waktu kita baru mulai duduk di dalam boat. Semua masih ceria, semangat foto-foto... sampai boat mulai bergerak meninggalkan bibir pantai dan diombang-ambingkan ombak tinggi. Jangankan foto-foto, sekedar menikmati pemandangan laut biru di luar pun rasanya sudah nggak sanggup. Apalagi, dengan polosnya kami memilih tempat duduk di deretan depan. Aduh, perut seperti dikocok-kocok. Rasanya semacam naik wahana jet coaster mini di taman hiburan, tapi dengan durasi 30 menit. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya saya melirik jam, berharap setengah jam cepat berlalu, sambil terus mencengkeram erat life vest yang dimasukkan di saku kursi depan... you know, just in case... (>.<)
Puji Tuhan, sekitar 30 menit kemudian, kami tiba di Pantai Jungut Batu, Nusa Lembongan dengan selamat. Dan ajaibnya, tidak ada yang mabuk laut sepanjang perjalanan, not even me! :D
Dari pantai, kami diarahkan ke kantor Sugriwa Express di dekat sana untuk menunggu mobil yang akan membawa kami dan penumpang lain ke penginapan masing-masing. Tak lama menunggu, diantarlah kami ke penginapan kami untuk malam itu : Lembongan Reef Bungalow.
Lembongan Reef Bungalow ini kamarnya berupa vila-vila di atas bukit, semakin besar nomor vilanya, semakin jauh kita harus mendaki anak tangga. Kebetulan kami memesan family room kapasitas 4 orang dan mendapat villa nomor 7, jadi kami harus memanjat naik lumayan tinggi. Tapi melihat pemandangan dari balkon kamar kami, semua kepenatan terbayar tuntas.
Surga membentang di depan mata! |
Vila-vila di Lembongan Reef Bungalow |
Habis menaruh barang dan menghela napas sebentar, kami tak membuang-buang waktu untuk mulai menjelajah pulau. Di resepsionis, kami bertanya moda transportasi apa yang bisa kami pakai. Mas di sana menyarankan menyewa sepeda motor karena menyewa mobil terlalu mahal (800 ribu / hari!!). Nah susahnya kalau pakai motor, di antara kami berempat cuma Echa yang bisa bawa motor. Akhirnya setelah bingung-bingung kami memutuskan untuk menyewa satu motor dan 2 ojek. Mas resepsionis pun mengatur penyewaan motor dan ojek itu. Masalah kemudian adalah harga. Untuk motor kami mendapat harga 100 ribu untuk 24 jam beserta bensinnya (yang kemudian baru kami tahu kalau seharusnya masih bisa ditawar lagi, terutama kalau kita menyewa dari luar hotel). Tapi untuk ojeknya, mereka meminta harga 150 ribu per motor hanya untuk ke 2 spot saja!! Setelah proses tawar menawar yang alot, mereka cuma mau turun sampai harga 100 ribu per motor... karena merasa tidak ada pilihan lain, dan capek berdebat lebih jauh, akhirnya kami menyerah. (lagi-lagi baru kemudian kami sadar bahwa kita bisa mendapat harga jauh lebih murah dari orang-orang di pinggir jalan, bukan melalui hotel).
Spot pertama yang kami tuju adalah Warung Bumbu Maria, yang di tripadvisor disebut sebagai warung terbaik di Nusa Lembongan. Tapi sedihnya, sudah jauh-jauh (dan mahal-mahal menyewa ojek), waktu tiba di sana ternyata warungnya tutup. Ya sudah, dengan menelan kecewa, terpaksa kami lanjut ke spot berikutnya : Dream Beach.
Perjalanan dari Warung Maria ke Dream Beach tidak terlampau jauh (biarpun mas ojeknya berkeras bayar 100 ribu itu murah karena lokasinya "dari ujung ke ujung", pada dasarnya Nusa Lembongan itu sendiri memang tidak terlalu besar, jadi "dari ujung ke ujung" nya mereka pun paling cuma beberapa kilometer. Malah saya menyaksikan sendiri ada bule yang bisa keliling pulau berjalan kaki! That's how small the island is, meski saya sendiri nggak akan pernah mempertimbangkan jalan kaki berkilo-kilo meter di bawah terik matahari yang begitu menusuk.).
Di perjalanan kami sempat melewati Panorama Point dengan pemandangannya yang indah.
Di perjalanan kami sempat melewati Panorama Point dengan pemandangannya yang indah.
Panorama Point, d iambil dari atas ojek yang melaju kencang |
This is how we roll in the island! Notice we didn't wear helmets! Bukan karena nggak mau, tapi memang nggak disediakan :( DO NOT TRY THIS AT HOME! |
Tak lama, kami tiba di Dream Beach. Meski ini sebenarnya pantai umum, akses masuk ke pantai tersebut cuma ada 1, yaitu melalui kafe di sana. Entah apakah seharusnya kami memesan minum di sana sekedar untuk "biaya lewat" atau tidak, tapi kami memutuskan untuk bermuka tebal dan numpang lewat begitu saja, mengacuhkan tatapan staf kafe, langsung menuju pantai.
Kafe yang kami lalui untuk masuk ke area pantai |
Area pantai dream beach memang tidak besar, tapi tempatnya sepi (mungkin juga karena kemarin sedang low season), pasirnya putih, dan airnya jernih mengundang. Menyenangkan untuk duduk berlama-lama memandangi ombak di bawah bayangan batu karang besar yang menghalangi sengatan matahari.
Puas bermain-main di pantai, kami berjalan kaki ke destinasi selanjutnya tak jauh dari sana, Devil's Tear.
Ombak tinggi berderu-deru menghantam tebing karang. Dahsyat! Kalau lihat foto-foto di instagram, sepertinya kita bisa mendapat foto spektakuler dengan berdiri atau duduk di tepi tebing, berlatar deburan ombak. Tapi karena saya tidak bisa berenang dan parno melihat tingginya ombak, saya memilih berdiri di jarak aman dan foto-foto dari jauh saja. Safety first, right?! O
Sambil istirahat di dekat Devil's Tear, kami sempat mendiskusikan soal transportasi hari berikutnya. Kalau hari ini untuk 2 spot saja kami harus bayar 100 rb / ojek, bagaimana besok kalau mau jalan-jalan seharian? Kemudian, entah bagaimana, Echa dapat ilham; kita suruh Lidya belajar naik motor supaya besok tinggal sewa motor! Jadilah Lidya langsung kursus kilat naik motor dari Echa di sana saat itu juga. Mungkin memang dasarnya bakat nyetir (?), tidak berapa lama, Lidya sudah bisa mengendarai motor meski masih sedikit oleng dan ragu-ragu... But that's good enough for us, daripada bayar ojek mahal-mahal. Kita anggap Lidya sudah bisa naik motor, besok tinggal sewa motor dan saya dibonceng. Done deal! Apparently, in this case, money beats safety :D
Selesai di Devil's Tear, kami telepon tukang ojek yang tadi untuk minta dijemput kembali ke daerah penginapan kami di Jungut Batu. Meski katanya sunset di Dream Beach cukup mengagumkan, kami memilih mengejar sunset sambil duduk-duduk cantik di The Deck, tak jauh dari Lembongan Reef Bungalow.
Cocktail : 100K. This breathtaking view: priceless! |
Hingga tibalah kami di warung kecil bernama Warung Meal House 99
Sembari menikmati sisa-sisa senja, kami menyantap nasi campur dan babi sayur di warung tersebut sebagai makan malam. Rasanya -meski nggak istimewa- cukup memuaskan, harganya terjangkau (untuk ukuran warung di Lembongan di mana semua harga sepertinya disesuaikan dengan standar turis asing), plus dapat bonus pemandangan senja yang cantik. I really can't complain.
Selesai makan, langit sudah benar-benar gelap. Perut kenyang, badan pun sudah lengket oleh keringat dan udara laut yang bergaram, we decided to call it a day. Saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat.
*Review saya tentang hotel Lembongan Reef Bungalow yang sedikit mengecewakan karena masalah pendingin ruangan yang tidak bekerja bisa dilihat di tripadvisor
Casino games in Las Vegas - DrmCAD
ReplyDeleteExperience 과천 출장마사지 casino gaming 남양주 출장샵 right at your fingertips 충주 출장마사지 in our casino floor! For the most part, Vegas is always 익산 출장마사지 a Vegas Strip. 영주 출장샵 Caesars Casino.