Day 1 : Jakarta - HCMC
Hari itu penerbangan Airasia kami yang dijadwalkan untuk take off pukul 16:30 akhirnya molor hingga baru berangkat sekitar pukul 19:00. Well, namanya juga low cost carrier, telat 1-2 jam ya harap maklum saja...
Tiba di Tan Son Nath International Airport, Ho Chi Minh sekitar pukul 10 malam, kami disambut oleh suasana bandara yang bersih dan serba moderen yang mengingatkan saya pada bandara Kansai International Airport. Dalam hati saya jadi bertanya-tanya iri, "Kapan, ya, Jakarta bisa punya bandara seperti ini."
Setelah keluar dari custom, kami langsung belok kiri ke tempat money changer untuk menukarkan USD kami ke dalam Dong. Di sini ada 3 money changer, tapi yang rate nya paling bagus adalah yang terletak di pojok paling kiri. Di sana saya menukarkan uang 100 USD dan mendapat sekitar 2,100,000 Dong. Wah, langsung deh berasa jutawan mendadak xD
Selesai menukar uang, tugas selanjutnya adalah mencari taksi untuk pergi ke pusat kota. Dari hasil riset saya di internet, kebanyakan orang menyarankan untuk beli kupon taksi saja di dalam bandara daripada mengambil resiko cari taksi di luar dan di "getok" harga mahal oleh taksi-taksi Vietnam yang notorious for their scam. Kebetulan pas di samping money changer tadi ada gerai Vinasun Taxi. Langsung saja kami pesan taksi di sana, bayar 10 dollar, dan mas-masnya yang ramah langsung mengantar kami ke tempat perhentian taksi di luar. Cepat & no hassle.
Perjalanan menuju hotel kami di district 1 ternyata nggak memakan waktu lama, kurang lebih 30 menit saja kami sudah tiba di depan Saigon Pink 2 Hotel yang sudah kami book sebelumnya via Agoda. Saat itu kami sudah lumayan capek, rasanya ingin segera masuk ke kamar dan menggeletak sebentar melepas lelah. Sayang setibanya kami di meja resepsionis, mereka menginformasikan kalau kami harus pindah ke hotel lain yang terletak di dekat sana karena ada masalah dengan air (?) di kamar kami. Apa boleh buat, terpaksalah kami pergi berjalan kaki ke hotel yang disebutkan tadi dengan diantar oleh bell-boy mereka.
Hotel pengganti yang sudah mereka siapkan namanya Halo Hotel, letaknya tak seberapa jauh dari Pink Hotel, jalan kaki kurang lebih 5 menit saja dan jaraknya juga cuma sepelemparan batu dari Ben Tanh Market. Oke, secara lokasi kami puas. Lalu bagaimana dengan kamarnya? We were surprisingly pleased with the room. Memang kamarnya kecil tapi it had everything we needed (ada kulkas, safety box, lemari pakaian, bath amenities) dan yang terpenting; bersih! Oke lah untuk harga yang kami bayarkan (kalau tidak salah sekitar IDR 250 ribu per malam).
Selesai menaruh barang dan beres-beres sedikit, kami memutuskan untuk pergi mencari makan ke Ben Thanh Night Market.
Untungnya walau malam sudah larut, pasar malam itu masih ramai sehingga nggak begitu sulit untuk menemukan makanan. Karena bingung dan agak over-whelmed dengan suasana pasar malam Vietnam yang baru pertama kali kami rasakan, kami akhirnya masuk ke warung tenda pertama yang kami temukan. So inilah makan malam pertama kami di Vietnam:
Habis makan, kami sempat berkeliling sebentar di pasar malam, melihat lapak-lapak yang kebanyakan menjual aksesoris dan oleh-oleh. Sama seperti belanja di pasar di Jakarta, di sini kita juga harus kuat-kuatan nawar karena mereka pasti pasang harga berkali-kali lipat untuk turis. Berhubung saya orangnya paling malas & lemah dalam hal tawar menawar, saya lebih banyak melihat-lihat saja tanpa belanja apa-apa.
Pulangnya, kami mampir ke convenience store untuk beli snack dan beberapa kaleng bir. Hehe, kami baru sadar betapa murahnya harga bir di Vietnam. Bayangkan, sekaleng bir di convenience store harganya rata-rata 10-11 rb Dong alias cuma 5 ribuan perak saja! Itu bahkan lebih murah daripada coca cola kalengan di Jakarta! Jadi harap maklum kalau kami jadi sedikit kalap ^^;
Day 2 : Around HCMC with Saigon Hotpot
Pagi itu, sesuai perjanjian di e-mail, guide dari Saigon Hotpot menemui kami pukul 9 di lobi hotel. Walau perpindahan hotel secara mendadak sempat membuat kami was-was, ternyata resepsionis Pink 2 Hotel yang kami titipi pesan di malam sebelumnya menyampaikan pesan kami dengan baik sehingga sang guide bisa menemukan kami di Halo Hotel.
Our free guide for the day was a lovely 21 y.o student named Kim Hoan, but she said we could just call her "Winnie" if her name was too hard for us to pronounce :) Dengan sigap dan knowledgeably, dia mengajak kami berjalan kaki mengelilingi kota Ho Chi Minh.
I'm glad that we decided to go on foot instead of taking a cab. HCMC, at least the part that we saw, adalah kota yang menyenangkan untuk berjalan kaki. Tak seperti di Jakarta, trotoarnya lebar-lebar dan bersih dari pedagang asongan ataupun sepeda motor yang memonopoli tempat pejalan kaki. Pun pemandangan kotanya, dengan banyaknya bangunan berasitektur Eropa, sangat menarik untuk dilihat.
Narsis dengan background Saigon City Hall
Saigon Opera House
Taman kota yang cantik dan hijau, sering dipakai sebagai lokasi pemotretan pre-wed gratis oleh warga setempat. Di HCMC kita bisa menemukan banyak taman hijau seperti ini. Warga lokal bisa duduk-duduk sekedar berteduh dari teriknya sinar matahari di siang hari, dan kalau sore mereka bisa nongkrong sambil menikmati kopi dari kedai-kedai dadakan yang baru buka di sore hari atau pacaran xD
Perhentian Pertama:
Kem Bach Dang! Karena menurut Winnie ini adalah salah satu ice cream parlour paling favorit di HCMC, sebagai seorang maniak desserts & sweets, tentu saja saya merasa wajib mencobanya. Bingung memilih apa dari daftar menu mereka, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti rekomendasi bapak penjaga toko:
Entah apa namanya... Yang jelas ini es krim kelapa yang disajikan di dalam buah kelapa dan diatasnya diberi potongan tropical fruits! Harganya kalau nggak salah 75 ribu dong (sekitar 38 rb rupiah) Panas-panas makan es-krim begini memang paling mantap :)
Selanjutnya:
Saigon City Hall dari dekat with its iconic Uncle Ho statue, photo spot wajib di HCMC!
Dari sana, lanjut ke Saigon Central Post Office yang gaya arsitektur gothic-nya menjadikan bangunan ini salah satu spot favorit untuk ajang narsis turis:
Kemudian mampir foto-foto di depan Saigon Cathedral yang terletak tepat di seberang Post Office
Saya & Winnie ^^
Setelah istirahat makan siang dan ngaso sebentar di mall Vincom center, kami mengunjungi Reunification Palace a.k.a Independence Palace, bekas kediaman & kantor Presiden Vietnam Selatan di masa pra-reunifikasi:
Keluar dari Reunification Palace, langit sudah dihiasi awan kelabu. Buru-buru saja kami melangkah ke destinasi terakhir dari tur hari itu: Ben Thanh Market. Sayangnya langkah kami tak cukup cepat, di tengah jalan kami keburu diguyur hujan deras. Terpaksalah kami naik taksi menuju pasar yang sebenarnya sangat dekat itu
Cho Ben Thanh alias Ben Thanh Market adalah pasar yang terletak di dalam ruangan. Seperti halnya pasar di Jakarta, pasar ini juga terdiri dari berbagai kios yang menjual aneka rupa barang. Di bagian depannya ada daging, sayur, dan makanan segar, lalu kalau masuk ke dalam kita bisa menemukan tas, aksesoris, aneka souvenir, dll. Kebanyakan barang masih bisa ditawar (sekuatnya kita), tapi banyak juga kios yang sudah memasang tanda "fixed price" . Buat yang nggak suka dan nggak pintar menawar macam saya, bisa juga langsung menuju ke bagian belakang Ben Tanh Market, kios-kios di sana dikelola langsung oleh pihak Ben Thanh, penjaga kiosnya berseragam, harganya sudah fixed dan fair. Pembatas buku yang malam sebelumnya saya dapatkan dengan harga 10 ribu dong / piece di pasar malam, di sini saya temukan dengan harga 8 ribu saja / piece ^^;
Di Ben Thanh ini juga Winnie mengajak kami mencicipi kopi Vietnam yang terkenal itu :
Es kopi susu ini harganya cuma 15.000 Dong, dan rasanya muantaaap! Way better than coffee from big chain stores such as Starbucks! *jadi kangen*
Selesai belanja belenji di Ben Thanh Market, saatnya mengakhiri tour kami dengan Winnie hari itu. Kami berjalan pulang ke hotel, dan akhirnya berpisah di lobby hotel setelah ber dadah-dadah dan bertukar facebook page
Thank you Winnie! Thank you SAIGON HOTPOT! You guys are the best!!!
0 comments:
Post a Comment