July 21, 2013

Uniqlo's First Store in Jakarta @ Lotte Shopping Avenue Kuningan

Akhirnya, setelah konsumen Indonesia selama bertahun-tahun cuma bisa ngiri lihat semua negara tetangganya disambangi satu persatu, tanggal 22 Juni lalu, Uniqlo resmi membuka outlet pertamanya di Jakarta, tepatnya di Lotte Shopping Avenue, Kuningan.

Reaksi pertama saya? Kecewa! Kenapa lokasinya harus di KUNINGAN, daerah biang macet itu?? 
Males banget kalau harus merelakan diri terjebak macet berjam-jam cuma untuk belanja baju. Apalagi saya dengar, di hari-hari awal pembukaannya, pengunjung membeludak hingga mau fitting dan bayar di kasir saja harus antri panjang. Ogah. Saya pikir, mending tunggu sampai hype tempat ini sudah agak reda, biar bisa belanja dan lihat-lihat dengan lebih tenang. Lagian cuma Uniqlo doang, gitu lho... nggak penting buat dibela-belain.

Tapi, semakin saya intip timeline twitter-nya yang penuh harga promosi dan semakin saya pelototi website-nya, semakin goyah iman saya. KOK HARGANYA MURAH YA?? Bayangan saya, waktu dengar Uniqlo mau masuk Jakarta, harganya kurang lebih akan sama seperti Zara or Forever 21 yang jatuhnya way overpriced, bisa jadi 2 kali lipat dibanding harga aslinya. Tapi ternyata nggak, lho! Setelah membandingkan harga-harga di website uniqlo Indo dan Jepang, perbedaannya nggak begitu jauh! Kalau dirata-rata harga retail Uniqlo di Indo hanya lebih mahal sekitar 20% dari harga aslinya di Jepang, which I think is reasonable. Apalagi dalam rangka pembukaan dan menjelang Lebaran, mereka lagi punya banyak special price. Makin bikin ngiler aja!! 

Akhirnya, nyaris sebulan setelah pembukaan perdana Uniqlo, saya nggak bisa menahan diri lagi. Saya harus pergi ke sana, SEGERA!!!!

So, kemarin, setelah berhasil melewati kemacetan weekend yang gila-gilaan di daerah Kuningan dan sekitarnya, saya menjejakkan kaki juga di Lotte Shopping Avenue (LOVE), mall baru yang jadi "rumah" outlet pertama Uniqlo di Jakarta. 

Kalau ngomong Lotte, pasti identik dengan Korea. Kalau ngomongin Korea, tentu yang terlintas di kepala adalah K-POP. Dan suasana K-POP itu benar-benar kental di mall LOVE ini.



Pengunjung bisa puas "foto bareng" SNSD, HyunBin dan Super Junior. Maniak-maniak K-POP pasti bakal betah banget di sini.

But since I'm not into K-POP (anymore), saya nggak ikut meluk-meluk anggota Suju atau berpose cute sama anggota SNSD di sana dan langsung fokus ke destinasi utama, the one and only reason why I was there: UNIQLO!!

Uniqlo di LOVE ada 2 lantai;  lantai dasar:

Dan di lantai 1 yang lebih luas:

Deretan baju yang digantung rapi dengan warna-warni menarik dan banderol harga yang menggiurkan bikin saya galau. Rasanya pingin beli semua. Apalagi pelayanan dari stafnya oke banget. Nggak hanya super ramah, mereka juga helpful. Kalau kita cari size dan warna tertentu, mereka akan benar-benar berusaha mencarikan sampai ketemu, membuat kita merasa dimanjakan sebagai customer. 

Kalau dipikir-pikir sebenarnya aneh juga, dulu waktu bolak balik Uniqlo di Jepang, rasanya biasa aja, nggak kepingin-pingin banget beli. Waktu mampir di outletnya yang di Kuala Lumpur dan Singapura juga begitu. Kenapa ya? Mungkin saya termakan sama "hype" Uniqlo yang baru buka di Jakarta dan kebawa suasana...? Atau bisa juga karena saya merasa nggak akan punya kesempatan untuk kembali lagi dalam waktu dekat, mengingat lokasinya yang cukup jauh dari rumah dan dikepung macet. Entahlah, yang jelas hari itu saya kalap. MAKSIMAL!




Di lantai dasar, tangan saya sigap meraih kaus-kaus UT yang lagi special price jadi 99rb, terus tahu-tahu beberapa helai inner Airism yang diklaim bisa bikin tubuh tetep adem di udara panas juga sudah nangkring manis di dalam keranjang, disusul dengan cardigan UV-cut yang katanya bisa menangkal sinar UV sampai 90%. 
Puas keliling di lantai dasar , lanjut naik ke lantai 1. Di sini kekalapan saya kian menjadi. Cropped pants yang sudah lama saya cari, di sini saya temukan seharga 249 rb. Coba di fitting room, ternyata pas, BUNGKUS! Di bagian cowok, ambil celana pendek buat papa saya. Terus ke bagian kids, giliran sehelai kaus Snoopy dan celana pendek untuk adik saya yang meluncur masuk ke dalam keranjang. Terus, sampailah saya di bagian GU (brand yang juga bagian dari Fast Retailing, seperti Uniqlo, tapi harganya lebih murah lagi), dan di sinilah saya jadi gelap mata. Gimana nggak, rata-rata harga item di GU di bawah 200 rb!! Logika saya seolah lumpuh, tangan dan badan saya seperti bergerak sendiri meraih item demi item... sampai akhirnya berat keranjang belanjaan di tangan menyadarkan saya; saatnya menyudahi kegilaan ini.

Dan saat yang paling mendebarkan tiba; perhitungan di kasir! 

Sambil berdoa dalam hati semoga uang di dalam rekening saya cukup untuk membayar semua hasil kegilaan hari itu, saya mengamati Mbak Kasir men-scan satu per satu item di keranjang saya dengan sigap. Dan hasilnya... saya sukses mencetak rekor pribadi untuk total pembelian terbanyak di satu toko baju dalam satu transaksi! Entah harus bangga atau nangis, yang jelas saya hanya bisa bersyukur bahwa uang saya di bank hari itu masih cukup.

Akhirnya hari itu saya melangkah keluar dari Uniqlo dengan satu kantung besar pakaian yang terasa berat... kontras dengan dompet saya yang semakin ringan...

Sekarang saya jadi bersyukur Uniqlo letaknya jauh dari rumah. Kekhilafan macam ini cukup sekali-sekali saja. 

July 9, 2013

Ladurée Singapore

Jadi, saya memutuskan nggak menulis lengkap sisa perjalanan saya di Singapura. Kenapa? Pertama -obviously - karena saya malas. Kedua, karena setelah tancap gas di hari pertama, hari selanjutnya kita jadi bingung mau ngapain lagi dan berakhir hanya berputar-putar tidak jelas (^^;)... Kalau ada yang layak diceritakan, ya, mungkin tentang kunjungan kami ke Ladurée yang baru membuka cabangnya di Singapura beberapa bulan lalu.

When I first heard my friend mentioned about this place, I was like, "Ladu what?". Ya, mungkin saya kampungan atau apa, tapi saya sama sekali nggak tahu tempat yang namanya "Ladurée" ini, hell I don't even know how to pronounce it -_-; Baru setelah mengubek-ubek informasi di Google, saya ngeh kalau Ladurée ini adalah produsen cake dan pastries mewah dari Perancis yang terkenal sebagai pencipta macaron 2 tumpuk.

Oke. Perancis, Macaron, terkenal... sounds good so far, sampai saya mengetahui satu fakta yang mengguncang; harganya SGD 3.8 per butirTIGA PULUH RIBU RUPIAH untuk satu gumpalan telur dan gula!?? French or not, there's no way I'm going to spend that kind of money on such a small lump of egg and sugar!

....

Or so I thought, sampai akhirnya saya tiba sendiri di toko Ladurée yang terletak di L2 departemen store Takashimaya, Singapura. 





Dekorasi toko yang begitu manis dan warna-warni macaron yang menggoda membuat iman saya goyah. Karena saya pikir, toh saya sudah ada di sana dan entah kapan bisa kembali lagi, saya memutuskan untuk merogoh kantung sedikit dalam dan patungan sama L membeli 1 kotak macaron.


Box of 8 edisi spesial Singapore ini harganya $38. Banyaknya varian rasa yang ditawarkan membuat kita bingung memilih, jadi kita pasrahkan saja sama mas penjaga toko untuk memilihkan "the recommended ones". Saya sama sekali nggak tahu apa yang dimasukkan si mas ke dalam kotak kami dan cuma   mengangguk-angguk tiap kali si Mas memasukkan macaron dan meminta persetujuan kami.
Setelah searching di internet, baru belakangan saya bisa mengidentifikasi sebagian nama macaron yang kami beli, yaitu: Marie Antoinette, Caramel with Salted Butter, Raspberry, Yuzu Ginger, Rose Petal,  dan Pistachio. Dua lagi... I have no idea >.<
Oh iya sebenarnya bisa saja kita beli satuan dengan harga $3.8 / piece yang dibungkus dengan bungkus kertas biasa... tapi karena kayaknya kurang oke kalau macaron secantik ini difoto cuma sama bungkus kertas, just for this once we agreed to pay extra for the lovely box.

Macaron-nya sendiri rasanya sesuai dengan harganya. Kulitnya lembut dan isinya lumer di mulut. Manisnya pun pas. My personal favorite was the caramel one. Biasanya saya nggak begitu suka caramel karena rasa manisnya yang cenderung terlalu kuat, tapi macaron caramel  with salted butter dari laduree ini rasa manis dan asin nya paaas banget, bikin pengen lagi  :9

Jadi kesimpulannya, apakah saya mau beli macaron Ladurée lagi? Mungkin. Kalau kebetulan saya sedang ada di Singapura, lewat di depan Takashimaya, dan kelebihan dolar di dompet ^^;

July 6, 2013

Lagi-lagi Singapura

*Uhuk uhuk*

Baru buka blog lagi setelah sekian lama dan sadar kalau entry terakhir saya adalah di bulan November 2012, sementara saat ini tahun 2013 sudah lewat setengahnya.
... Well, at least I live up to my title as a procrastinator!

Eniweiii, sekitar 2 minggu lalu saya kembali bertandang ke negeri tetangga, Singapura! Kunjungan kali ini tujuannya tak lain dan tak bukan adalah cuma iseng buang-buang duit aja, cos I have all the money in the world to waste untuk mengunjungi kawan kami si C yang tahun lalu gagal kami temui karena selisih jadwal.

Jadi, beginilah rangkuman perjalanan singkat (namun padat) kami ke negeri Singa pada Juni 2013 lalu

Perjalanan kami berawal dengan flight Mandala RI1861 yang dijadwalkan take-off pukul 07:00 pagi tapi molor sekitar setengah jam, as to be expected from an LCC...



Sekitar 1, 5 jam kemudian kami tiba di Bandara Changi, Singapura. Dan setelah berhasil melewati pemeriksaan barang bawaan yang ketat (saya kena body check dan  disuruh bongkar koper berkat bundelan jam tangan yang terdeteksi di dalamnya, tapi untung tidak dipermasalahkan lebih lanjut karena sepertinya si petugas berpikir saya nggak bisa bahasa Inggris :P Jadi ingat waktu tahun lalu kami di-escort ke gerbang imigrasi oleh petugas bersenjata laras panjang. Entah kenapa proses masuk saya ke negara satu ini nggak pernah 100% mulus ^^;) kami keluar bandara dan menemui si C yang sudah menunggu kami bersama kakaknya n her super cute nephew :D

Dari bandara, kami diantar kakak C dengan mobil ke hostel.

Hostel pilihan kami kali ini adalah Woke Home Hostel di dekat Stasiun MRT Clarke Quay. Pertimbangan utama tentu saja masalah harga; at USD 20 per pax / night this was the cheapest decent hostel I could find on Agoda (lagi-lagi saya cuma bisa mengurut dada sama mahalnya akomodasi di Singapura). Pertimbangan kedua adalah karena tempat ini berbentuk CAPSULE HOSTEL!  I had always wanted to try to sleep in one of those capsule beds :D

Setelah check in dan membayar deposit SGD 15 per orang, kami menuju kamar kami di lantai 4 untuk menaruh barang. I found the capsules to be quite decent. Setiap kapsul dilengkapi dengan lampu baca, socket, mini TV, headphone, dan matras yang cukup nyaman. Ukurannya pun cukup besar sehingga kita bisa duduk tegak tanpa membenturkan kepala ke langit-langit. Pokoknya, kalau dilihat sekilas, sih, tempat ini lebih dari cukup buat turis pelit macam saya yang hanya mencari tempat yang aman dan bersih untuk beristirahat di malam hari... sayang saya nggak bisa memberi ulasan lebih banyak karena ujung-ujungnya kami malah nggak jadi tidur di sana sama sekali xD (more on that later...)

Dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke stasiun MRT Raffles Place. Walau Raffles Place memang sedikit lebih jauh dari Clarke Quay (menurut Mbah Google, jaraknya sekitar 800 m, but the heat made it feel like a 2 km walk), kami sengaja pilih berjalan kaki ke stasiun itu karena mau beli Singapore Tourist Pass (STP). 

Dengan STP di tangan yang memungkinkan kami untuk naik turun MRT maupun city bus sebanyak apapun selama 2 hari, kami ber-3 meluncur dengan MRT ke stasiun Sommerset untuk makan siang di...

Charlie Brown Cafe!


Karena kelaparan, tanpa ragu saya langsung pilih menu yang ada nasinya, Chicken Rice. Waktu makanannya datang, saya sempat dibuat kecewa sama porsinya yang -menurut saya- nggak sebanding sama banderol harga $8,8 nya, dan rasanya pun biasa banget. Tapi ya sudahlah, toh tujuan utama saya ke sana tercapai :

Foto Cappucino dengan latte art karakter Snoopy :P

Perut kenyang (well kinda), kita lanjut naik MRT lagi dan turun di stasiun Novena. Di sana kita janjian sama Sis Juwita dari kaskus untuk COD tiket Gardens By The Bay dan Singapore Flyer. Pokoknya lapak ini highly recommended deh, selain harga lebih murah, responnya juga cepat dan ramah. Saya nggak akan ragu menghubungi mereka lagi kalau saya atau keluarga mau ke SG dan butuh tiket murah lagi ^^b

Next stop adalah Stasiun Bugis. Kali ini tujuan kami bukan Bugis Street melainkan :

Haji Lane

Menurut info yang saya dapat dari blog orang-orang, Haji Lane ini adalah sebuah gang kecil dengan deretan butik-butik unik & lucu yang sedang happening untuk foto-foto unyu, makanya saya maksa untuk memasukkan tempat ini dalam itinerary kami. Dua teman saya sempat protes keras karena perjalanan dari stasiun Bugis ke tempat ini di tengah hari benar-benar membuat kulit terpanggang dan badan bersimbah keringat. Jaraknya sih sebenarnya nggak seberapa jauh, paling cuma sekitar 10-15 menit dari Bugis, tapi sadisnya sinar matahari memang bikin semangat anjlok... hingga ketika kami sampai di sana, kami sudah kehilangan nafsu untuk melihat-lihat terlalu lama dan hanya sempat foto-foto sedikit. 









Sebenarnya sih tempat ini cukup enak buat jalan-jalan, sayang kita ke sana pas sedang panas-panasnya, jadi bawaannya pingin cepat-cepat pergi aja. Pelajaran: lain kali kalau mau ke sana dan mengeksplorasi area ini sampai puas, lebih baik agak sorean waktu matahari sudah lebih bersahabat.

Puas bermandi keringat di Haji Lane, we headed back to Bugis and decided to make a pit stop at the mall untuk ngadem dan mengisi ulang tenaga sebelum ngesot ke destinasi selanjutnya:

Gardens By The Bay

Sayang pemandangan hari itu berkabut gara-gara asap dari kebakaran di Riau yang sedang meliputi Singapura :(



Puas mengitari taman Bay South dan jeprat-jepret Supertrees-nya yang futuristik, kita memutuskan untuk masuk ke 2  konservatorium berbayar : Flower Dome dan Cloud Forest yang tiketnya sudah kita beli lewat Sis Juwita tadi (U.P. 28 dolar untuk 2 conservatories tapi kita cukup bayar 23 dolar saja lewat lapak ini).


Waktu mau masuk Flower Dome, terjadi sedikit kepanikan saat kami menyadari sebuah masalah genting: BATERAI KAMERA SAYA HABIS dan saya satu-satunya yang bawa kamera (>o<;) Terpaksa, sambil menunggu kamera di-charge dengan powerbank, kami harus mengandalkan kamera HP untuk mengabadikan keindahan tempat ini, yang tentu saja terasa kurang afdol.

Flower Dome sendiri tempatnya sejuk dan asri. Jalan-jalan di dalam sini sambil melihat bunga dan hijau-hijauan setelah seharian dipanggang di bawah sinar matahari benar-benar menyejukkan badan & hati... walau saya sendiri bukan pencinta tumbuh-tumbuhan dan nyaris nggak tahu apa-apa soal bunga, saya menikmati kunjungan saya dan nggak merasa rugi sudah membayar tiket yang- buat saya- harganya tidak murah.
Enaknya lagi jalan-jalan di dalam sini adalah banyak drinking water tap gratis. Hehehe buat mahkluk onta yang selalu haus macam saya, ini fasilitas yang sangat penting, apalagi di SG air mineral botolan mahalnya amit-amit. Pokoknya tiap lihat keran air minum, langsung saja saya isi DUA botol air minum  -yang sengaja saya bawa dari Jakarta- sampai penuh :P




Waktu kami ke sana, kebetulan sedang ada ekshibisi "Flights of Fancy", jadi di mana-mana banyak hiasan balon udara warna-warni yang bisa jadi properti yang pas buat foto-foto narsis ala turis :)

Puas lihat bunga-bunga cantik di Flower Dome sekitar 1 jam, kita lanjut ke konservatorium berikutnya: Cloud Forest.

Ragam dan warna-warni bunga di sini memang nggak sebanyak di Flower Dome, tapi di sini ada satu fitur ikonik yang nggak kalah keren : "Cloud Mountain" setinggi 42 m dengan air terjun yang bikin udara di dalam jadi sangat sejuk (bahkan cenderung dingin). Untungnya pas masuk ke sini- tepat ketika baterai HP saya mulai sekarat -  baterai kamera saya sudah pulih dan siap beraksi kembali :)





Waktu akhirnya kami keluar dari Cloud Forest, jam sudah menunjukkan pukul 18:30. Di sana kami dijemput oleh kakak C dan suaminya dengan mobil untuk pergi makan malam.

Karena saya bilang sedang ngidam kari India, kami diajak ke sebuah restoran India "Zam Zam" yang berlokasi di Kampong Glam. Katanya sih restoran ini lumayan terkenal, dan melihat betapa penuhnya tempat ini ketika kami datang, saya percaya kalau itu benar. Yang unik, tempat ini punya kebijakan pembagian lantai yang "berkasta"; lantai 1 non AC, lantai 2 ber-AC dan untuk mendapat "hak" duduk di lantai 2, kita WAJIB pesan menu set. Kalau yang cuma mau pesan minum atau menu satuan, silakan panas-panasan di lantai 1 :P 
Our dinner!! Rasanya mantap dan memuaskan hasrat saya untuk makan real Indian food. And the best part is, kita ditraktir, hehehehe. Perut kenyang, dompet aman :D Thanks C's sister and brother in law!!
Selesai makan, sudah jam setengah delapan lebih, sementara di agenda kami masih tersisa Singapore Flyer dan Helix Bridge untuk dikunjungi. Pikir-pikir, kalau si C ikut kami berdua keliling, bisa-bisa dia harus pulang tengah malam sendirian. Karena nggak tega, saya dan L berinisiatif menawarkan untuk mengantar dia pulang ke apartemennya setelah acara jalan-jalan kami selesai, karena toh kami punya STP yang memungkinkan kami untuk naik MRT sepuasnya. Waktu dengar ide itu, kakak C malah bilang, "Kalau gitu, kalian sekalian nginap di tempat kita aja! Daripada udah jauh-jauh ke  apartemen kita terus harus balik ke hostel lagi"

Dan begitulah ceritanya, kenapa kami akhirnya tidak jadi menginap di hostel dan menghanguskan uang kamar yang sudah  dibayar di muka (untung kita ambil hostel yang paling murah, jadi nggak berasa rugi-rugi amat ^^;). Jadi dari restoran Zam Zam, kami meluncur ke hostel dengan mobil untuk ambil barang, terus didrop di Singapore Flyer sementara barang-barang kami dibawakan ke condo mereka.

Singapore Flyer

Sebenarnya tiket yang kami beli dari kaskus adalah tiket off peak yang cuma berlaku untuk entry sebelum jam 6 sore. Tapi karena Sis Juwita salah bawa tiket waktu COD, jadi kami dikasih tiket  all day dengan harga off peak (20 dolar, U.P. 33 dolar). Kata Sis Juwita, mungkin emang sudah rezekinya kita... hehe, makasih banyak ya Sis!!! Berkat itu, kita bisa menikmati pemandangan malam Singapura yang indah dari ferris wheel tertinggi di dunia.


Di dalam kapsul ferris wheel yang sepi. Saat itu,  kapsul kami hanya berisi 4 orang termasuk kami. 

Simply Breathtaking. Nggak rugi bayar 20 dolar untuk ini... tapi kalau harus bayar full 33 dolar mungkin saya mikir ulang :P

Helix Bridge 

Setelah penerbangan 30 menit kami dengan Singapore Flyer berakhir, dengan sisa-sisa tenaga yang ada, kami menyeret kaki menyusuri pedestrian walk ke tempat tujuan terakhir kami hari itu : Helix Bridge.

Waktu kami tiba, jembatan itu tampak ramai dengan turis yang asyik berfoto-foto. Dipikir-pikir Singapura ini luar biasa; bahkan jembatan penyeberangan pun bisa dibuat jadi objek wisata yang menarik turis internasional... 






Dan dengan demikian, semua tempat yang ada dalam "checklist" kami hari itu sukses kami kunjungi. Malam semakin larut, pegal di kaki kian tak tertahankan, baterai hape dan kamera pun sudah sekarat lagi, we decided that it was time to call it a day and get a good night sleep ^^